Sabtu, 31 Januari 2009

Selasa, 13 Januari 2009

Quo Vadis Indonesiaku?

Oleh: Yanche Ghanggo

Krisis Multidimensional yang meliputi krisis politik, ekonomi, budaya, moral, hukum, dan keamanan pada hakekatnya dikarenakan oleh pergeseran pendulum (bandul) Pancasila sebagai tatanan nilai dasar berbangsa dan bernegara yang dibiarkan terlantar; rasa nasionalisme sebagai satu bangsa yang terkikis; gelombang-gelombang primordialisme; tendensi-tendensi komunalistik; birokrasi yang cendrung gemuk, tidak sehat dan korup; ekonomi yang tidak merakyat; hukum yang tidak berkeadilan. Yang pada akhirnya, bukan tidak mungkin akibat adanya ketimpangan-ketimpangan ini menghantar kita menuju jurang disintegrasi.

Melihat situasi dan kondisi kekinian bangsa ini, pertanyaan yang muncul adalah: Quo Vadis?

Sebelum sendi-sendi bangsa ini remuk perlu ada gerakan moral  raksasa dari semua elemen bangsa dan negara untuk merevitalisasi dan menegaskan kembali PANCASILA dan UUD 1945 sebagai pusat orientasi strategis, acuan, pegangan dan norma berbangsa dan bernegara di tengah badai perubahan yang menerjang keras. 100 tahun Kebangkitan Nasional adalah momentum yang tepat untuk mentransfomasi Keindonesiaan kita, mendobrak kemapanan sistem yang merupai benang kusut dan inkonstitusional. Sehingga tercapai keadaban publik;  sistem hukum yang jujur, adil dan bermoral; sistem politik yang mengedepankan bonum commune (common good)  bukan kepentingan elitis atau kelompok dan keluarga; birokrasi yang sehat, tidak korup dan ramping sehingga tidak ada tumpang tindih kebijakan yang merugikan rakyat banyak; sistem ekonomi yang merakyat bukan sosialis dan neo kapitalis; sistem pertahanan dan keamanan yang berwibawa.

Dan untuk meretas transformasi, pertama-tama adalah semua elemen bangsa dan negara ini harus  memurnikan motivasi sehingga niat dan tujuan adalah bersih dan tulus tanpa dimuati motif kepentingan-kepentingan tertentu dan sesaat,  kemudian menuju pada pembangunan Visi, Misi dan kekuatan solid yang konsistensinya terjaga dan yang terakhir aksi gerakan pembersihan, revitalisasi dan penegasan kembali sistem.

Tapi, apakah kita siap dan mau untuk melakukan sebuah gerakan moral masif demi melakukan sebuah  transformasi total bukan reformasi yang cendrung tambal sulam?

Untuk menjawab pertanyaan Quo Vadis Indonesiaku? Semuanya kembali pada kita semua yang adalah bagian utuh dan tak terpisahkan dari bangsa ini untuk sama-sama menjawab keprihatinan ini dengan tulus dalam aksi nyata, jelas dan terencana serta terukur tingkat keberhasilannya. Sehingga semua elemen bangsa ini dari level grass root (akar rumput) sampai level elit dapat hidup sejahtera, makmur, aman, damai dalam naungan rumah Nusantara yang bersih dan sehat, sebagaimana dicita-citakan dalam Pembukaan UUD 1945 yang dikonsepkan dengan baik oleh para founding fathers bangsa yang bersemboyankan Bhineka Tunggal Ika ini. 

Pro Ecclesia et Patria!

* Presidium Gerakan Kemasyarakatan PMKRI Cab. Mataram 2008/2009, Mahasiswa Tingkat X English Departement-Universitas Mataram 

"In Principiis, UNITAS. In Dubiis, LIBERTAS. In Omnibus, CHARITAS"

Oleh: Yanche Ghanggo 

"In Principiis, UNITAS. In Dubiis, LIBERTAS. In Omnibus, CHARITAS."

Dalam Soal Yang Prinsipil, SATU.  Dalam Soal Yang Terbuka, BEBAS. Dalam Segala Soal, KASIH

Ungkapan ini adalah milik Mgr. Soegijopranoto yang dikirim Bang Faris-Wangge (Eks KP PMKRI Cab. Denpasar)

Ungkapan reflektif dan inspiratif untuk bangkit dan bergerak memperjuangkan sesuatu yang harus diperjuangkan terkhusus oleh kader-kader yang beridentitaskan INTELETUALITAS, KATHOLISITAS, dan FRATERNITAS.  Setuju? 

* Presidium Gerakan Kemasyarakatan PMKRI Cab. Mataram 2008/2009, Mahasiswa Tingkat X English Departement-Universitas Mataram 

Please give your comment to us!