Minggu, 16 Mei 2010

Menggapai Impian Melalui Pengalaman

Oleh Emiliana Lele*


Identitas Film
Judul Film : Slumdog Millionaire
Sutradara : Danny Boyle
Produksi : Warner Bross Picture
Tahun : 2009


Kehidupan merupakan bagian yang tak bisa dilepaskan dari waktu. Kemarin adalah masa lalu, hari ini adalah kenyataan, esok adalah misteri. Waktu yang telah terpakai tidak akan berguna bila ditangisi dan disesali. Hal terbaik adalah belajar dari pengalaman, karena pengalaman adalah senjata terampuh untuk bisa menghadapi misteri yang akan datang. Tidak perlu menjadi orang yang jenius untuk bisa menjawab pertanyaan, tapi bagaimana menjadikan pengalaman kita itu sebagai alat untuk menjawab pertanyaan dimasa depan. Begitulah kira-kira inti cerita film ini.

Jamal Malik (Dev Patel), seorang pemuda berusia 18 tahun yang melewati masa kanak-kanaknya di sebuah kampung kumuh di India bersama ibu dan kakak laki-lakinya yang bernama Salim. Hidupnya berubah total ketika seluruh penduduk di kampungnya dibantai oleh orang-orang karena mereka seorang muslim dan ibunya ikut menjadi korban dalam pembantaian tersebut yang ironisnya tidak seorang pun peduli dengan pembantaian tersebut bahkan polisi pun berpura-pura tidak melihat ketika ada orang yang dibakar di depan mereka. Akhirnya dia harus hidup berdua dengan kakaknya serta dengan gadis cilik bernama Latika yang juga keluarganya dibantai.

Sejak itulah Jamal, Salim, dan Latika mulai hidup di jalanan. Bermacam-macam pekerjaan mereka lakoni mulai dari menjadi pemulung, pengemis, pedagang kaki lima, pencopet, bahkan sebagai guide dalam suatu agen perjalanan. Masa remajnya ia

nikmati dengan bekerja di sebuah perusahan telekomunikasi.
hingga nasib membawanya sehingga dia bisa mendaftarkan diri dalam acara Who Wants To Be A Millionaire. Saat itulah keberuntungan datang padanya karena dari sekian banyak penelpon dialah yang akhirnya terpilih sebagai peserta.

Hari itu adalah hari terbesar dalam hidup Jamal. Semua orang bisa melihat wajahnya yang lugu dan polos ada dalam acara kuis tersebut. Semua pertanyaan yang deberikan padanya bisa dia jawab dengan baik. Karena secara kebetulan semua pertanyaan tersebut berkaitan dengan masa lalunya yang penuh dengan cobaan dan liku-liku. Anil Kapoor yang berperan sebagai presenter dalam acara terebut menaruh curiga pada Jamal karena bisa menjawab semua pertanyaan dan dianggap telah melakukan penipuan dan kecurangan.

Sehingga ketika acara tersebut berakhir, polisi pun menangkap Jamal atas suruhan presenter itu, karena tidak mungkin seorang anak jalanan dengan pendidikan yang rendah bahkan tidak lulus SD mampu menjawab pertanyaan– pertanyaan yang bahkan seorang sarjana pun akan sulit menjawabnya. Akhirnya Jamal pun menceritakan pengalaman-pengalamannya sehingga dia mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan.

Kisahnya yang ringan dengan akting dan gambar yang mengagumkan adalah daya tarik tersendiri dalam film ini. Ketika melihat kawasan kumuh dengan anak-anak jalanan yang menjadi pengemis, pemulung, maupun pengamen kita seperti disuguhkan pemandangan di negeri kita sendiri. Selain itu, tema yang diangkat dalam film ini adalah hal yang baru sehingga mempunyai kesan yang berbeda dari film-film Bollywood lainnya yang identik dengan nyanyian—nyanyian dan kisah percintaan yang memilukan.

Menonton film ini seperti menjelajah suatu bagian lain dari kehidupan. Bagaimana kehidupan anak-anak jalanan yang tidak dipedulikan oleh pemerintah yang ketika seharusnya sedang enak- enaknya bermain dan bersekolah tetapi sudah harus mencari nafkah sendiri dan merasakan kejamnya hidup. Sehingga yang terjadi adalah banyaknya tindak kejahatan yang justru dilakukan oleh anak-anak.

Film ini memang sangat memikat untuk ditonton, namun sayang sekali banyak konflik menarik yang mestinya bisa digarap lebih detail dan menarik justru hanya ditampilkan sekilas saja. Padahal konflik- konflik tersebut bisa menjadi suatu konflik yang tajam dan dramatis. Selain itu, karena alurnya menggunakan alur campuran sehingga penonton sulit memahaminya kalau hanya baru menonton sekali atau belum membaca ringkasan ceritanya. Anda dapat menonton film ini jika ingin melihat sisi lain dari sebuah kehidupan yang menakjubkan. Film ini teramat sayang jika kita lewatkan begitu saja.

Emiliana Lele
*Ketua Biro Bakat dan Seni PMKRI Cabang Mataram

Essence of Ousia

Oleh Yustinus Ghanggo Ate

:Untukmu yang terlahir sebagai
nihilitas dalam alam realitas


Keadaanku sebagai yang ada
bukanlah nihilitas, absurditas,
dan irasionalitas
Keadaanku sebagai yang ada adalah realitas yang substansif
Adaku yang meng-ada diterjemahkan oleh pikiran, perkataan, pergerakan, energeia dalam alam kenyataan bukan artificial belaka
Adaku yang ada melintasi batas-batas cakrawala dan menembusi titik krusial bumimu

Adaku adalah esensi realitasku
menjejak bumi menggapai lintang, menyibak gelap dengan suluh pencerahan
Adaku bukan sekadar ada tapi ada yang mengada...
Dan bukan fantasmogaria yang bergumul dengan kekosongan dalam ruang hampa
bukan kabut-kabut pekat dilangitmu...
Adaku sebagai totalitas realitasku yang mengada dan idealis oleh energeia runtun tanpa istirah

Meski badai berkelindan dijalanku menjadi ada yang total
aku tetap ada yang mengada
disini, sekarang dan yang akan datang... Menembus mortalitas
menuju keabadian sebagai yang ada dan mengada—

April 2010

Simponi Dukaku

Oleh Antonius Damianus Mahemba

Cintaku pada Indonesia, melebihi cintaku pada semua
Cintaku , memaksaku merubah tanah airku
Tapi, aku hanyalah perampok di tanah airku
Tapi, aku hanyalah pemulung di tanah airku
Tapi, aku hanyalah penjilat di tanah airku
Apa gerangan terjadi?

Kekayaan tanah airku hilang, habis, pergi tak berbekas
Perampok,pemulung,penjilat pergi tak berbekas
Duka mengancamku, bahagiapun pergi
Apa gerangan terjadi?

Hilang cintaku pada tanah airku
Aku hanyalah pengemis di tanah airku
Hilang cintaku pada tanah airku
Aku hanyalah boneka imprealisme dan kapitalime
Apa gerangan terjadi?

Kembalikan kekayaan tanah airku
Kembalikan kejayaan masa laluku
Kembalikan kekuasaanku
Kembalikan bahagiaku

Puisi GIE

Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaaan dan demokrasi Dan bercita-cita menggulingkan tiran, Aku mengenali mereka
yang tanpa tentara, mau berperang melawan Dictator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi
Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?

SOE HOG GIE, Sinar Harapan 18 Agustus 1973

Untitled

Oleh Marselinus Mahemba*

Malam-malam yang gelisah
Di ujung hari yang sepi semakin mendera , dan waktu bukanlah sang diplomator dan negosiator yang baik, menit dan detik hilang entah kemana
Mungkin saja lagi mabuk-mabukkan atau lagi bercumbu dengan pelacur jalanan
Mengorek sampah-sampah busuk
Tak ada yang menghiraukanku
Tersudut di gang kotor berbau
Hingga teriakanku tak mampu hilangkan celoteh mereka tentang hilangnya kesempatan

Malam-malam yang gelisah
Semakin mengejekku dengan kepanikan memuncak
Mimpi kematian meratap di tepi tidur yang gelisah, mengajakku bercumbu di alam yang kelabu
Kekacauan membantuku keluar dari gigitan ranjang yang sudah menghancurkan sumsum tulangku
Sobatku, aku masih bernyanyi mengenangmu walaupun dengan suara cempreng dari rongga dada, hitam diperkosa asap-asap rokok.

Marselinus Mahemba
*Anggota Badan Pers & TI PMKRI Cabang Mataram 2009-2010

Ayat-ayat Doamu Mama

Oleh Bernardus Ngongo*

Mama.. Suara doamu bagaikan alunan petikan
Nada sebuah gitar yang dilantunkan oleh seorang penyair…
Mama...suara doamu bagaikan kepakkan seribu sayap, merangkulku membumbung tinggi menggapai bintang..
Mama..suara doamu membuat jiwaku sejuk bagaikan bumi dirangkul salju..
Mama..suara doamu bagikan sergapan cinta yang tak bisa ditolak oleh seorang insan untuk berkelana
Mama.. Ayat-ayat doamu tak terkalahkan oleh dosa maut yang selalu menghimpitku
sehingga dosaku pun tak terukir lagi di meja pengadilan surgawi …
hingga kemenangan kuraih oleh ketulusan doamu mama…
Sungguh tak semenit waktu pun yang trlewatkan untuk memohon berkat bagi anak-anakmu dan ketika Engkau bersujud berucap
tak satu pun nada keengganan terujar disetiap SAPAAN ALLAH untukmu
“ Sungguh sempurna Hatimu”

*Bernardus Ngongo
Anggota Biasa PMKRI Cabang Mataram

LPJ Panitia MPAB-MABIM, Delegasi MPA 2009 dan HUT Cabang ke-42

Pada tanggal 26/02/10, PMKRI Cabang Mataram mengadakan kegiatan dengan agenda mendengarkan Laporan Pertanggungjawaban dari anggota PMKRI yang mendapatkan tugas sebagai Panitia Masa Penerimaan Anggota Baru– Masa Bimbingan ( MPAB-MABIM) Simplianus Panit Koto, Ewalde Paula Boko sebagai Ketua Panitia Dies Natalis PMKRi Cabang Mataram ke 41, dan ketua delegasi PMKRI Mataram untuk MPA XXVI dan Konggres XXV Denpasar (17-20/12/09), Antonius D. Mahemba. Kegiatan tersebut berlangsung di pantai Malimbu dibalut dalam suasana kekeluargaan. Dalam laporannya, mereka menyampaikan acara tersebut dapat berjalan lncar, walaupun menghadapi begitu banyak kendala dan persoalan terutama masalah finansial (keuangan).

“Tapi, itu semua akan menguatkan kami, karena selama cita-cita dan tujuan kami benar, kami tidak akan menyerah,” ujar Simplianus Panit Koto, ketua panitia MPAB-MABIM dalam laporan penutupnya.

Kemudian, disampaikan juga ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mensuksekan kegiatan tersebut. Mereka menyadari, tanpa dukungan dari semua pihak, mustahil kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Implikasinya adalah, bahwa sifat kerjasama dengan semua pihak menjadi kunci dalam pelaksanaan semua itu.
Beberapa hal juga disampaikan mengenai LPJ yang belum begitu baik, yaitu rincian estimasi biaya yang kurang lengkap, kata-kata yang masih rancu, dan berbagai masukan yang bersifat konstruktif untuk kemajuan intelektualitas anggota. Kegiatan tersebut ditutup dengan acara makan bersama dan rekreasi di pantai yang terletak di barat kota Mataram ini.

Bedah Buku

Bertempat di Sekretariat Himpunanan Mahasiswa Islam (HMI) Cab. Mataram, jl. Panji Anom 2, Kekalik Indah, Mataram (selasa, 16/03/2010), PMKRI Cab. Mataram diundang untuk ikut mengambil bagian dalam kegiatan Bedah Buku yang berjudul “ NTB Bersaing : Catatan Setahun Kepemimpinan TGH M. Zainul Madji, M.A. di NTB”. Kegiatan tersebut diikuti oleh beberapa ORMAS, LSM dan BEM-BEM yang ada di NTB. Hal urgen yang dibicarakan adalah melihat dan menyikapi program kerja dan realisasi visi-misi pemerintah dalam hal ini duet kepemimpinan TGH m. Zainul Madji dan Badrul
Beberapa pemateri juga ikut diundang termasuk penulis buku sendiri Zaky Mubarok, SH untuk bisa menjawab persoalan mengenai buku yang baru diterbitkan serta beberapa pejabat lainnya seperti Dr. Kadri, MSi (Pembanding 1, Akademisi), dan Dedi Mujaddid (Pembanding 2, Direktur LANSKIP NTB).

Sistematika kegitan beda buku berjalan dalam suasana kekeluargaan dan tidak sama sekali bermaksud untuk mengevaluasi hasil kerja TGH M. Zainul Madji selama setahun ini tetapi lebih didasari oleh kepekaan dan empati terhadap kinerja pemerintah.
Beberapa pertanyaan juga diajukan kepada penulis melihat apakah bahwa dia menulis secara obyektif atau juga unsur kesengajaan sebagai orang suruhan TGH M. Zainul Madji untuk menciptakan pencitraan diri. Hal lain yang cukup menggembirakan adalah peserta mengapresiasi karya tersebut dan secara tidak langsung memberikan andil pengetahuan dasar yang cukup besar pengaruhnya kepada masyarakat. Harapan peserta bahwa buku tersebut benar-benar murni untuk pengenalan dan bahan kajian dari semua kalangan serta golongan dalam membaca, menelaah, dan melihat hasil kerja pemerintah setahun ini.

Acara Bedah Buku berakhir dengan beberapa saran dan kritik dari pesrta diskusi yaitu semoga edisi kedua bisa lebih bagus lagi dan diharapkan juga kepada penulis agar keberhasilan pemerintah tidak semata-mata ditulis tetapi kegagalan atau rencana kerja yang belum berhasil bisa dimasukkan sehingga terjadi kesinambungan antara yang berhasil dan gagal.

Pendidikan

Suatu hikayat kuno menceritakan, kala Allah menciptakan dunia, Ia didekati oleh empat malaikat. Yang pertama bertanya,”Bagaimana Engkau mengerjakannya?’ Yang kedua ,”Mengapa Engkau mengerjakannya?” Yang ketiga ,”dapatkah saya membantu?” dan yang keempat ,”Apa gunanya?” “Harganya berapa?”

Yang pertama adalah ilmuan, kedua filsuf, ketiga altruis yang berpikir untuk orang lain, keempat adalah agen pengusaha tanah.

Malaikat kelima melihat dengan rasa heran dan bersorak penuh kekaguman. Yang satu ini adalah mistikus.

(disadur dari Doa Sang Katak 2, Anthoni de Mello, SJ )

Diskusi Kelompok

Kelompok 3

“Persamaan Hak Antara Kaum Pria dan Wanita”, tema diskusi yang diusung oleh kelompok 3 pada hari (minggu, 03/03/2010) di Margasiswa PMKRI, Jalan Lely, No. 10, Mataram. Diskusi ini merupakan diskusi berkelanjutan dari diskusi kelompok sebelumnya. Diskusi bersifat tanya jawab dan memberi kesempatan kepada peserta diskusi untuk menanggapi dan menyikapi fenomena persamaan gender antara kaum Adam dan kaum Hawa yang kian terabaikan bahkan semakin melebar ke arah perusakan moral. Hal ini dikatakan karena begitu banyaknya kasus pelecehan dan diskriminasi terhadap kaum Hawa. Misalnya saja, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perbedaan kedudukan, human traffiking, kekerasan terhadap ibu dan anak-anak dan berbagai kekerasan serta diskriminasi terhadap kaum perempuan. Bahkan ilmuan dan ahli filsafat seperti Aristoteles mengatakan bahwa wanita itu setengah manusia dan dikategorikan sebagai anak-anak, belum dewasa dan tak pantas menjadi pemimpin dan masih banyak lagi ilmuan yang berusaha lewat teori-teori baru sebisa mungkin mereka menyepelekan perempuan.
Semua peserta diskusi menolak teori itu dan mengklaim hanya berlaku pada zaman dahulu dan untuk saat sekarang tidak berlaku alias basi. Adapun buktinya, sekarang banyak wanita yang bisa menjadi pemimpin dan sebagai motorik dinamisator perkembangan bangsa. Tak jarang pula kita dengar, wanita memimpin sebuah perusahan atau instansi tertentu bahkan menjadi kepala keluarga. Inilah fenomena bahwa sebenarnya wanita tak bisa dipandang sebelah mata oleh kaum Adam. “ Wanita bisa menguasai pria bahkan dunia sekalipun dalam dimensi tertentu”, ujar Melviana Karso, (peserta diskusi). Akhirnya diskusi selesai dengan mengambil kesimpulan bahwa kauk Adam atau siapapun tidak boleh merendahkan (baca:melecehkan) kaum Hawa.

Anggota kel. 3 :
Bonifasius Da Sukur
Orlince Bani
Margareta Tri Vonia
Melviana Karso
Fransiskus X. Gidion
Chito Jemmy


Kelompok 4

Selanjutnya, kelompok 4 mendapat tugas untuk membacakan hasil diskusi dengan mengambil tema “ Efek Kebebasan Menggunakan Kondom Bagi Masyarakat NTB,”. Sebelum memulai diskusi,kelompok 4 mengajukan beberapa pertanyaan reflektif untuk peserta diskusi yang intinya mengajak peserta (kita, red) semua melihat dan menanggapi fenomena free sex serta berusaha menghidarinya. Yang terakhir ini dikhususkan kepada remaja khususnya mahasiswa. Diskusi dikemas dalam bentuk kelompok debat yaitu tim pro dan kontra menyoal tentang diadakannya ATM Kondom di kantor Kepolisian Daerah (Polda) NTB. Tentu saja perdebatan berlangsung seru karena kedua kubu berusaha semaksimal mungkin mempertahankan argumennya mengenai pembangunan ATM Kondom tersebut. Pun, tak disadari bahwa diskusi sudah berlangsung hampir dua jam. Bahwa dikatakan penyediaan ATM kondom sama sekali tidak bermaksud menciptakan lebih banyak lagu kasus seks bebas tetapi bermaksud mencegah hal tersebut. Adapun penyediaannya dibatasi hanya orang berusia pantas yang boleh masuk ke dalam ruangan tersebut.
“Perlu pengawasan khusus dari semua pihak terutama pemerintah daerah untuk pengadaan ATM kondom ini karena cukup riskan untuk disalahgunakan” ujar Masto(peserta diskusi). Beberapa hal cukup urgen adalah pemerintah seharusnya bersosialisasi terlebih dahulu terkait pengadaan ATM kondom ini sehingga masyarakat dilibatkan secara aktif dan continue karena pada dasarnya pembangunan prasarana itu adalah dari, oleh, dan untuk rakyat.
Akhirnya diskusi diakhiri dengan mengambil kesimpulan bahwa orang yang ingin masuk ke dalam ruangan(ATM Kondom, Red) harus dilengkapi dengan kartu tanda identitas lengkap dan klasifikasi pembagian kondom untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan kondom. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan ATM ini benar-benar efektif dan efisien. Perluh diperhatikan lagi, kesadaran dan tanggungjawab setiap personal terhadap pengruh buruk seks bebas, substansinya secara tidak langsung protect terhadap diri sendiri. Dan yang paling utama adalah meningkatkan nilai-nilai adat dan moral yang kian terkikis dengan hegemoni globalisasi.

Anggota kel. 4:
Wiilibianus Doniman
Maria Marika Balela
Adityia Kurnia Jerry
Emiliana Lele
Sul Mario Da Gomes
Stevanus

Korupsi dan Peran Penyikapan Mahasiswa

Oleh Kanisius Umbu*

Negeri Korupsi adalah tempat orang muda malas dan orang tua gatal, kedua jenis kelamin dari segala umur penuh budaya jorok (hingga) aturan yang baik menjadi tidak berguna sebab diselewengkan.
Machiavelli (Dalam Hikayat Florentin)

Korupsi adalah perilaku yang sungguh tidak memaknai keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati secara mendalam sehingga yang terjadi adalah sebaliknya yaitu perusakan tanpa ampun terhadap ketiga nilai utama diatas tersebut. Proses pengeroposan perilaku korup yang selama ini dicanangkan pemerintah melalui lembaga super bodinya masih jauh panggang dari api, dimana masih ada pengklasifikasian dan tebang pilih pada dua kasta pelaku yaitu koruptor “kelas teri” dan “kelas kakap.” Cendrung melahap teri untuk menutupi kelemahan melahap kakap. Ini salah satu kasus mengapa perang terhadap korupsi selalu berada pada titik naik dan turun atau gencatan senjata dan menarik pelatuk. Pertanyaan yang menyeruak adalah dimana political will pemerintah yang tegas? Dimana kesadaran politik rakyat? Dan dimana fungsi control mahasiswa sebagai agent perubahan (agent of change) bukan penerus kerusakan?

Mahasiswa dalam menghidupi tanggung jawab sosial mesti mengambil peran substansial dalam menyikapi persoalan kebangsaan ini jika tidak menginginkan bangsa ini menuju titik degradasi, yaitu bangsa yang gagal. Genderang perang terhadap manajemen korupsi yang melembaga harus dibunyikan oleh mahasiswa mulai dari sekarang. Itu demi memperjuangkan hak rakyat miskin dengan berasaskan pada pancasila dan tiga janji mahasiswa yaitu mahasiswa yang gandrung akan kejujuran.

Peran Mahasiswa

Beberapa tahun terakhir, peran mahasiswa dalam memperjuangkan perubahan kesejahteraan mulai terkikis. Tak dipungkiri bahwa semua ini terjadi karena serangan hegemoni modernistik dan hedonisme. Semangat melawan penjajahan yang sering diusung oleh mahasiswa tidak lagi menjadi basis perjuangan. Dengan dalih sibuk dengan kuliah, waktu yang kurang tepat, serta berbagai seribu dalih lainnya melatar belakangi sifat keengganan mahasiswa dalam mengawal kerja pemerintah. Tentu kita bisa memaklumi itu semua tapi apa gunanya kalau hanya duduk di bangku kuliah sambil menungu dosen, tidur di kos, dan berbagai pekerjaan lain yang dirasa kurang penting. Mahasiswa, sebagai garda terdepan dalam perjuangan pembebasan dari penjajahan(korupsi, neoliberalisme) harus memposisikan dirinya untuk rakyat tertindas. Dalam hal ini, sikap kritis dan dan tanggap akan kecemasan masyarakat harus diperjuangkan. Tentu saja ini tidak serta merta terjadi perubahan tetapi perubahan hanya akan terjadi ketika kita bersuara. Suara dan kata-kata adalah senjata untuk melawan segala bentuk penjajahan yang menggerogoti bangsa ini. Mahasiswa diharapkan menjadi laskar pemberani dalam era krisis kepemimpinan bijaksana nan peduli kepada kaum papa. Sejarah telah membuktikan bahwa mahasiswa bisa bersatu dalam penjatuhan rezim orde baru. Tak ada pandangan dan rekam jejak yang berani meng-klaim bahwa peristiwa itu adalah buah pergerakan hanya oleh sebuah kelompok mahasiswa saja. Semua sepakat seluruh kelompok gerakan mahasiswa punya andil yang sama menjatuhkan rezim orde baru. Ketiadaan bendera yang menonjol membedakan gerakan mahasiswa 1998, dengan gerakan mahasiswa sebelumnya. Jika pada Mei 1998 ada garis-garis yang meng-kulminasi lalu berbuah kejatuhan Soeharto, maka setelahnya garis-garis itu kembali memencar.

Saat ini gerakan mahasiswa mengalami gejala dimana beberapa kelompok melihat mutlaknya kebutuhan untuk bergabung dengan sektor-sektor lain dalam masyarakat, terutama buruh dan tani. Kelompok mahasiswa lain melihat bahwa sudah saatnyalah sekarang gerakan mahasiswa ‘back to campus’. Berjuang mendemokratiskan kehidupan akademis di kampus. Gejala lain lagi terdapatnya sejumlah kelompok mahasiswa yang terus turun ke jalan, mengalami radikalisasi luar biasa dalam metode dan strategi. Mereka ini, melihat bahwa mahasiswa harus terus konsisten menyuarakan kelanjutan berbagai tuntutan politik nasional. Sebagai bagian dari kelompok yang terdidik, mahasiswa kerap diidentikan dengan kaum intelektual. Kaum intelektual adalah mereka yang selalu tertarik dengan pemikiran yang paling baru.Memiliki "pekerjaan" untuk terus menerus melakukan refleksi, analisa kritis dan berhaluan maju ke muka. Kaum intelektual cenderung gelisah sehingga kerapkali mencari kemungkinan-kemungkinan bagi rakyat dimana mereka berada. Meminjam pandangan, Franz Magnis Suseno: kaum intelektual berlaku sebagai garam intelektual masyarakat, yang kerap mencegah kehidupan intelektual warga menjadi tawar dan basi. Edward Said, seorang intelektual besar asal Palestina, bahkan secara tegas merumuskan panggilan kaum intelektual sebagai "pencipta" sebuah bahasa yang mengatakan yang benar, kepada yang berkuasa.
Dengan pelabelan seperti ini maka bagi penulis dapat dikatakan, pertama, pretensi utama gerakan mahasiswa ada pada nilai dan gagasan, bukan benda atau kekuasaan. Nilai dan gagasan itu terpancar dalam suara hati, kesadaran diri, imajinasi dan kehendak bebas-nya. Mereka berpijak pada nilai keadilan, kebebasan, kesaudaraan dan kemanusiaan. Gagasan-nya selalu berpihak pada kaum tertindas. Pilihan metode gerakan tak mesti tunggal yang dikembalikan kepada masing-masing pelaku dan organisasi mahasiswa. Tak ada metode yang lebih unggul dibanding lainnya, sebab efektifias metodologi tergantung ruang-waktu dimana sasaran utama mau dimainkan.

Kedua, gerakan mahasiswa selalu memiliki pamrih dari perjuangannya. Namun, yang membedakan ia dari gerakan politik ke-partaian adalah pada pamrih tersebut. Gerakan mahasiswa merupakan gerakan politik nilai. Ia punya pamrih menjatuhkan rezim, bahkan menjungkirbalikan-nya, ketika rezim tersebut dipandang telah mengangkangi kedaulatan rakyat. Gerakan mahasiswa adalah oposan paling sejati dari sebuah rezim apapun yang tengah berkuasa. Muara akhir dari gerakan mahasiswa ada pada pencapaian kedaulatan rakyat sesungguhnya. Merekalah para pelaku yang selalu berupaya membongkar kesadaran rakyat tentang struktur politik, ekonomi, sosial dan budaya yang menindas dan eksploitatif. Bersama rakyat menjungkirbalikan-nya lalu, membangun kontrol sosial bagi pembangunan dan penataan struktur-struktur tersebut. Untuk itulah, mahasiswa diharapkan menjadi motor penggerak dalam menyikapi dan menangkap fenomena kelicikan elit politik kita yang kian hari terperosok ke dalm jurang kehancuran. Tentu, bukan hal yang mudah memang tetapi cara seperti inilah yang bisa membawa perubahan di bumi pertiwi tercinta. Semoga mahasiswa tetap berjuang demi kemajuan dan perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Semoga!
Hidup Mahasiswa!!

Kanisius Umbu
*Anggota Biasa PMKRI Cab.Mataram

Apakah Kaum Muda Berada di Persimpangan Jalan?

Oleh Petrus Nawan

Kaum muda merupakan agent transformator dalam dinamika kehidupan suatu komunitas maupun suatu bangsa. Ketika suatu komunitas atau suatu bangsa ingin meroformulasi struktur dan sistem yang dianggap tidak koheren dan tidak bisa menjawab persoalan yang ada serta tuntutan kebutuhan masyarakat yang tinggi dan didesak oleh arus globalisasi yang akan menggilas kehidupan masyarakat maka yang menjadi ujung tombak maupun sebagai terminatornya adalah kaum muda.

Apabila kita mem-flashback berbagai kilasan peristiwa besar dunia yang menancapkan era auflarung di suatu bangsa tidak terlepas dari campur tangan para kaum muda, seperti munculnya reformasi industri di Inggris dan Perancis yang membuka babak baru dalam kehidupan dunia, serta lahirnya zaman revormasi di Indonesia yang sebelumnya berada dalam kungkungan dan bayangan- bayangan penindasan penguasa otoriter, dan membuka kebobrokan struktur dan sistem yang ada tidak mementingkan kehidupan rakyat, tetapi hanya untuk kepentingan koloni-koloni penguasa. Akibat dari keangkuhan seta ketamakan para penguasa mereka membuat rakyat menderita dan sengsara dan meninggalkan jejak- jejak yang naif bagi generasi- generasi berikutnya.

Kejayaan para pemuda pada masa lampau hanya menjadi mitos dan bacaan sejarah buat generasi sekarang. Tanpa di pungkiri bahwa kehidupan kaum muda sekarang tercondong ke arus kehidupan yang bersifat instant, hedonis, serta playstation yang tanpa disadari akan menggilas dan mengikis kehidupan kaum muda itu sendiri. Fenomena- fenomena tersebut tidak hanya menimpa kaum muda metropolis tetapi sudah merebak dan terinfeksi kepada seluruh kaum muda se-nusantara. Penggunaan narkoba, tawuran, dan mabuk- mabukkan dan masih ada hal- hal lain sudah menjadi berita mubazir yang mudah sekali ditemukan dan hampir setiap hari menghiasi media baik itu media elektronik maupun cetak. Dunia produk kampus dalam hal ini adalah para mahasiswa yang notabene merupakan kaum intelektual tidak pernah terlepas dari persoalan tersebut, bahkan dalam beberapa masalah akhir-akhir ini yang menjadi provokatornya maupun sebagai pemicu persoalan adalah para mahasiswa.

Trendnya sex in the kost, sempitnya wawasan serta rendahnya budaya baca di kalangan produk kampus merupakan hal- hal lazim kita temukan di mana-mana. Tetapi betapa ironisya produk – produk kampus tidak menyadari hal ini. Padahal ini merupakan ‘virus’ yang beredar dalam diri kaum muda dan siap menghancurkan “sel-sel yang berada dalam jiwa kaum muda”. Apabila hal ini tidak terantisipasi lebih awal maka lambat laun akan menjadi lisis dalam diri kaum muda. Alasan lain yang menyebabkan kedormanan kaum muda dewasa ini antara lain : Pendampingan kaum muda yang tidak relevan, serta tidak memberikan ruang, waktu serta tempat bagi kaum muda untuk berdinamika, Sistem pendidikan yang berlangsung lebih cenderung membatasi kreativitas kaum muda serta masih terdapatnya generasi tua yang hendak mempertahankan status quo posisinya, sehingga menutup kesempatan bagi kaum muda untuk berperanan dan memperkembangkan diri. Untuk merebut kembali puncak kejayaan kaum muda seperti generasi terdahulunya dibutuhkan keterlibatan semua pihak dan membenahi kembali sistem yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan cara seperti :

1. Pengembangan pola pendidikan dan pembinaan kaum muda yang relevan terutama untuk pengembangan dinamika, potensi diri dan sikap kritis kaum muda.

2. Memberikan kesempatan bagi kaum muda untuk berperan dan memperkembangkan diri di bawah bimbingan orang tua.

3. Memperkuatpengorganisasian kaum muda hingga dapat sepenuhnya mengembangkan potensi diri dan kualitas kepemimpinan serta peningkatan wawasan dan minat baca.

4. Pemberian prioritas dan alokasi perhatian sarana, maupun dana bagi kaum muda untuk berproses dengan baik.

Apabila ke-empat hal ini diperhatikan dan diatasi sedemikian rupa dan melibatkan semua pihak baik untuk menjalankanya dalam hal ini adalah kaum muda itu sendiri maupun sebagai penggontrol dalam hal ini adalah orang tua, maka kaum muda akan kembali ke exisanya dan glora perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran akan bergaung kembali serta dapat mengguncangkan suatu sistem pemerintahan yang kuat.

"Mari sobat- sobat kembalikan kejayaan kita untuk membuat sejarah baru digenerasi kita ini"


Petrus Nawan
*Presidium Pendidikan dan kaderisasi PMKRI Cab. Mataram

Kepemimpinan

Oleh Jakobus Don Bosco Jamso*

Pemimpin dan kepemimpinan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, sesuatu yang sangat diperlukan dalam hidup dan kehidupan kita.Pada saat bangsa Indonesia mengalami krisis multidemensi berkepanjangan dan mengalamiperubahan situasi dan kondisiyang dratis akibat pergeseran kekuasaan, kerinduanan akan datangnya pemimpin dengan kepemimpinanya yang dapat mengubah keadaan menjadi makin mengemuka. Ini sebuah pengharapan yang wajar dan manusiawi bagi semua bangsa dan umat manusia.

Krisis multidemensi yang meliputi krisis ekonomi, politik, budaya, hukum dan keamanan pada hakikatnya bersumber dari krisis moral, terutama pada mereka yang diberi kepercayaan oleh rakyat bangsa dan Negara untuk menjadi pemimpin. Krisis-krisis tersebut ternyata mengakibatkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpinnya karena keadan tidak bertambah baik bahkan cenderung memburuk.Krisis kepercayaan tersebut terjadi karena bangsa Indonesia mengalami krisis kepemimpinan pada hampir semua lapisan.

Krisis kepemimpinan yang terjadi ketika kita memasuki era reformasi, yang semula menimbulkan harapan-harapan baru akan datangnya perubahan kearah kehidupan masyarakat yang lebih baik, telah memporakporandakan harapan-harapan masyarakat tersebut dan memungkinkan dapat menggagalkan bangsa Indonesia dalam melewati masa transisi demokrasi dengan baik. Krisis kepemimpinan merupakan bagian paling rawan dan menentukan apakah bangsa dan negara ini dapat mengatasi

Ini dapat mengatasi krisis multidimensi yang telah berlangsung selama sepuluh tahun lebih dan mugkin akan berkepanjangan.
Pada dasarnya ada beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam kepemimpinan dan pemimpin yaitu antara lain, Pertama,krisis kepemimpinan yang sedang dialami umat manusia, termasuk bangsa Indonesia, karena sirnanya roh kepemimpinan sejati dari sebagaian pemimpin. Yang tersisa hanya posisi formal pemimpin. Pemimpin tanpa roh kepemimpinan hanya tinggal menunggu waktu kejatuhannya, karena posisi pemimpin tanpa roh kepemimpinan seperti halnya tubuh tanpa jiwa dan semangat.

Kedua, sebagaian besar calon pemimpin cenderung hanya melihat kepemimpinan dari segi kedudukan dan kekuasaan yang dapat diraih dan hal-hal yang bersifat kebendaan, tetapi tidak banyak yang melihat dari segi tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh seorang pemimpin. Krisis kepemimpinan terjadi karena para pemi9mpin terlalu mengejar kekuasaan dan hal-hal bersifat duniawi, tetapi mereka lupa bahwa menjadi pemimpin merupakan menjalankan amanat Tuhan untuk menyelamatkan orang-orang yang dipimpinnya.

Ketiga,perkembangan politik dengan praktiknya yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan telah menumbuhkan praktik politik uang (money politics) dan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dengan menyalagunakan kekuasaqan pemimpin. Akibat orang cenderung memilih dan menghasilkan pemimpin-pemimpin semu. Pemimpin semu ibarat pencuri dan perampok yang masuk ke kandanhg domba dengan menaiki dinding untuk membinasakan domba-domba sedangkan pemimpin sejati masuk melalui pintu kandang untuk menggembalakan domba-domba menju padang rumput penggembala.

Keempat, reformasi yang dikumandangkan dibumi Indonesia pasca orde baru terancam gagal dan kemungkinan kita tidak dapat melewati transisi demokrasi dengan baik. Salah satu langkah strategis untuk menyelamatkan reformasi dengan reformasi kepemimpinan. Para pemimpin harus kembali kepada jati diri kepemimpinan yang melayani dan kembali kepada roh kepemimpinan sejati yang selama ini sudah diabaikan. Pemilu dengan pemilihan legislatif dan presiden secara langsung sebagai peluang untuk menumbuhkan demokrasi hanya sebuah sarana untuk mencapai tujuan. Kita juga diingatkan akan pandangan tentang followership yang ternyata memberi kontribusi besar dalam mencapai keberhasilan organisasi selain leadership yang memiliki visi dan misi yang menyelamatkan dan kemampuan melaksanakannya.

Menjadi seorang pemimpin adalah sebuah tanggung jawab yang berat sekaligus tanggung jawab yang mulia, kedua hal ini dapat di jalanni dengan baik bagi seorang pemimpin apabila ia dapat mengutamakan tugas pelayanannya.Sehingga di harapkan bagi generasi muda untuk bisa menjadi pemimpin yang lebih mengutamakan tugas pelayanan demi terwujudnya rasa kebahagian, kedamaian dan kemakmuran bagi keluarga,masyarakat, banga dan negara.

Jakobus Don Bosco Jamso
*Presidium Pengembangan Intern. Organisasi DPC PMKRI Cab. Mataram

Mutu Pendidikan Bangsa Merata?

Oleh Antonius Damianus Mahemba*

‘Orang miskin tidak boleh sekolah,’ sebaris kalimat ini pantas untuk mengajak masyarakat mendobrak kekuatan politik para pemimpin yang mendiskriminasi kebutuhan intelektualitas anak-anak bangsa. Kekuatan kualitas pendidikan sangat berpengaruh bagi kemajuan suatu negara di dunia, pendidikan merupakan hal yang tidak terlepas dan mengikat dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa maupun identitas bangsa.
Pendidikan formal dan non-formal, menjadi tidak relavan implementasinya dengan berbagai kebijakan serta aturan dikeluarkan pemerintah, yang keluar dari prinsip untuk membangun dan mencerdaskan bangsa Indonesia.

Memasuki reformasi, pendidikan masyarakat semakin merosot kritis tanpa pengawalan tegas dari pemerintah terhadap mutu anak-anak bangsa, malah muncul berbagai aturan-aturan pemerintah yang tidak bijaksana serta menyudutkan masyarakat kecil, seperti UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas), UU Sisdiknas mengatur bahwa perguruan tinggi (PT) harus otonom, artinya PT harus mampu mengelola lembaga dan dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan.sedangkan, sekolah/ madrasah harus dikelola dengan perinsip manajemen berbasis atau madrasah, yang berarti otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan.

Badan hukum pendidikan (BHP), adalah aturan pemerintah yang telah dicabut oleh Mahkama Konstitusi, namun akar-akarnya bertunas sebagai kekuatan hukum dalam meneruskan politik kotor oleh oknum-oknum tertentu, artinya sebelum dicabut UU No.20 tahun 2003 yang mengatur secara umum tentang PT harus otonom. Badan hukum pendidikan mengatur secara khusus dan tindak lanjutan dari UU No.20 tahun 2003.

Pendidikan yang tidak merata dirasakan hampir seluruh masyarakat indonesia, masih banyak masyrakat yang belum mengenyam pendidikan formal dan nonformal. alokasi anggaran pendidikan bagi sekolah – sekolah terpencil belum merata, diskriminasi pendidikan merajalela dengan krakter-krakter pecundang politik. pendidikan yang kondusif lebih ditekankan di daerah-daerah perkotaan dengan fasilitas dan sarana-prasarana yang lengkap, sedangkan di daerah-daerah pedesaan (terpencil) di anak tirikan oleh pemerintah, kebijakan ini tidak bijakasana dalam membangun bangsa, serta mempertanggungjawabkan warisan pahlawan untuk membawa bangsa ini ke pelabuhan kesejahteraan tanpa ada pembedaan.

Mekanisme distribusi dana pendidikan, dilakukan pemerintah mengarah pada birokrasi pendidikan, sehingga pembangunan mutu pendidikan di sekolah-sekolah terpencil tidak direalisasi dengan baik, banyak sekolah tapi siswa hanya hitungan jari artinya, Pengadaan hardwere lebih dimaksimalkan daripada softwere, hal ini tidak dijadikan pertimbangan dalam melihat realita yang ada, pembangunan pendidikan di daerah terpencil adalah sangat penting seperti, pengadaan Laboratorium, Media ( komputer dan Internet), guru (minimal Strata 1),dan alat srana-prasrana penunjang lainnya.

Dari data diatas pemerintah mesti segera membenahi beberapa masalah yang berkaitan dengan pendidikan mengenai UU No.20 tahun 2003 sebagai akar BHP, alokasi anggaran dana pendidikan ke daerah-daerah terpencil dan mekanisme distribusi dana pendidikan yang cenderung tidak transparan, harus diawasi sendiri oleh masyarakat kerena faktanya meski komite sekolahpun yang ditetapkan sebagai wakil masyarakat tapi cendrung “kena angin atau bermandi basah ria” atau merajut konspirasi bersama birokrat institusi pendidikan dalam hal mark up (penggelembungan) anggaran pendidikan. Ini mejadi penting agar tindakan yang tidak terpuji ini tidak ditonjolkan dan kebutuhan pendidikan masyarakat lebih terjamin.

Pendidikan merupakan roh negara, tapi tidak dijadikan tolak ukur dan titik tolak pemerintah menuju perubahan yang lebih baik. Permasalahan ini menuntut semua elemen mahasiswa dan LSM, agar bersatu menghancurkan pengecut-pengecut politik yang tidak memegang prinsip membangun bangsa.

Antonius Damianus Mahemba
*PresidiumGerakan Kemasyarakatan DPC PMKRI Cabang Mataram

Aksi Damai PMKRI Cabang Mataram Menyikapi Hari Pendidikan Nasional

“ The proggresive education group is sure that education is process of “producing” critical awarness or construction of knowlrdges, not ”reproducing” knowledges. Education for this group is process of liberating people" ( Paulo Freire)

Makna mendasar pendidikan adalah pembebasan, seperti apa yang dikatakan Paulo Freire (pakar pendidikan asal Amerika Latin). Dia menegaskan bahwa pendidikan bukanlah sebuah tools reproduksi pengetahuan tapi sebaliknya sebagai sarana pembebasan pribadi menuju keutuhannya sebagai sungguh manusia yang terbebas dari kebodohan, ketidakberdayaan, marginalisasi dan kemiskinan. Melihat lebih jauh situasi kependidikan di Indonesia, system kita sesunggunya dicengkram erat oleh ideology kapitalisme neoliberal yang kemudian ikut melekat erat pada regulasi-regulasi edukasi yang cendrung mengarah pada komersialisasi selaras konsep Washington Consensus. Disisi lain Anggaran edukasi yang lebih berat pada pembiayaan birokrat pendidikan. Ditingkatan local pemerintah menelurkan PERDA yang terlalu sibuk mengatur cara berpakaian siswa (berjilbab) dari pada regulasi penguatan mutu pendidikan dan lupa bahwa asas hukum adalah untuk semua.

Menyikapi urgensitas reformasi system pendidikan dan mutunya, PMKRI Mataram dan PMII Cabang Mataram yang tergabung dalam Aliansi Kebangsaan Pemuda Indonesai mengambil sikap melalui aksi dan dialog bersama Kadis Dikpora NTB, H. Lalu Syafi’i dan Ketua Komisi 4 DPRD NTB, Patompo Adnan (PKS) dan Anggotanya, Hj Endang (PDIP), pada 3 Mei 2010. Pada aksi ini PMKRI menjabat sebagai kordinator umum (Sdr. Yustinus Ghanggo A.) dan PMII sebagai kordinator Lapangan (Sdr. Selamet Subroto). Beberapa butir tuntutan ditelurkan:

  • Pemerataan akses pendidikan ke daerah-daerah terpencil.
  • menolak ujian nasional sebagai standarisasi kelulusan peserta didik.
  • Merealisasikan janji politik TGH. Bajang-Badrul Munir tentang pendidikan gratis dan bermutu bagi masyarakat NTB.
  • Masyarakat harus dilibatkan dalam penyusunan dan pengawasan alokasi anggaran pendidikan.
  • Stop pembangunan fisik sekolah (hard ware), alihkan dana bantuan untuk pembangunan soft ware (buku, laboratorium, media pembelajaran, dan lain-lain).
  • Peninjauan kembali Perda Pendidikan Kota Mataram.
  • Hentikan komersialisasi pendidikan di Provinsi NTB.
  • Hentikan dualisme pengelolaan anggaran antara Diknas dan Depag.


Pelayanan

Seorang petani jagung yang selalu mendapat hadiah utama dalam perlombaan Tani Nasional, mempunyai kebiasaan membagi-bagikan biji jagung yang paling baik kepada petani-petani disekitarnya.Ketika ditanya mengapa ia berbuat

demikian, ia menjawab, “sebenarnya saya melakukan hal itu untuk kepentingan diri saya sendiri.
Angin menerbangkan serbuk-serbuk dan membawanya dari ladang ke ladang. Maka kalau petani-
petani disekitar saya menanam jagung yang mutunya lebih rendah, pernyerbukan silang akan menurunkan mutu jagung saya. Itulah sebabnya saya memikirkan supaya mereka hanya menanam jagung yang paling baik.”

“Semua yang kau berikan kepada orang lain adalah pemberian untuk dirimu sendiri”

Disadur dari doa Sang Katak 2 karya Antonio de Mello

Belajar Politik: Macam-Macam Isme

KOMUNISME:
Kalau anda punya dua sapi, anda berikan dua-duanya kepada pemerintah, dan kemudian pemerintah menjual susunya kepada anda.

SOSIALISME:
Kalau anda punya dua sapi, anda berikan dua-duanya kepada pemerintah, dan kemudian pemerintah memberikan susu kepada anda.

NAZIISME:
Kalau anda punya dua sapi, pemerintah menembak anda dan mengambil kedua sapi anda.

FACISME:
Kalau anda punya dua sapi, anda mengambil susunya dari kedua sapi anda, dan memberikan setengahnya kepada pemerintah.

NEO-IDEALISME:
Kalau anda punya dua sapi, anda bunuh satu, anda perah yang satunya dan buang susunya ke got.

KAPITALISME:
Kalau anda punya dua sapi, anda menjual satu ekor sapi dan membeli satu ekor banteng.

KONCOISME:
Anda punya dua ekor sapi, anda bekerja sama dengan salah satu ekor sapi itu untuk membunuh sapi yang lain dengan tujuan agar sapi itu tidak punya saingan dalam menghasilkan susu, sehingga susu sapi anda menjadi satu-satunya susu sapi di daerah itu.

7 Hal yang Tidak Bisa Kita Ubah Dalam Hidup

Dalam kehidupan ini kita selalu ingin menjadi yang terbaik, sehingga kita lupa batasan apa saja yang dapat kita tembus atau
dengan kata lain sesuatu yang bagai mana sih yang dapat kita rubah dan apa saja yang tidak dapat kita rubah :

1. Jenis kelamin
Memang ada operasi untuk mengubah kelamin. Tapi tidak bisa mengubah roh (spirit) orang yang bersangkutan.
Terimalah dirimu, apakah engkau wanita ataupun pria.
Act like a woman if you are a woman and as a man if you are a man!!

2. Orang tua
Tidak ada yang bisa memilih dilahirkan oleh orang tua yang mana. So, you must respect your parents !! Apakah orang tuamu seorang pemabuk, penjudi, pelacur sekalipun, you must respect them !!
Kalau tidak, itu akan terjadi di alam kehidupanmu nanti. Your kids won't respect you, isn’t it terrible?

3. Hari kelahiran
Sudah ditetapkan oleh Tuhan sebelum dunia dijadikan. Amazing ha? But it's true. Jangan menyesali, mengapa engkau harus lahir ke dunia tapi disia-siakan oleh orang yang kau kasihi?
Tuhan punya tujuan untukmu.

4. Bentuk Fisik
Kalau engkau keriting, yah keriting aja. Kalau hidungmu pesek terima itu. Saya banyak melihat orang yang mengubah bentuk wajahnya, apakah itu memancungkan hidung, alis matanya
dicukur habis, dll, jadi kelihatan aneh dan tidak natural.

5. Masa lalu
Ini juga sudah ditetapkan oleh Tuhan. Jangan melihat ke belakang, karena itu hanya membuat engkau "frozen" - cannot do anything ! Look to the future and see how good it .

6. Kedudukan dalam keluarga
Apakah engkau anak bungsu, sulung, atau tengah, You cannot change it. Nikmati sajalah.

7. Suku bangsa / ras
Menyesal jadi orangIndonesia yang terus menerus dilanda kesulitan? Atau menyesal jadi orang Batak yang kalau menikah
perlu upacara adat yang walahhhh mahal dan lama?

Nah, sekarang ubah cara berpikirmu. Tuhan sudah menetapkan engkau dibangsa ini untuk satu tujuan. So, do the best in your job, Loyal, jangan korupsi, itu sudah menolong untuk memperbaiki bangsa kita ini.

Itulah 7 hal yang tidak bisa kita ubah.

Kalaupun ada yang kita bisa ubah, misalnya:
bentuk fisik, itu akan membawa kita ke dalam situasi yang tidak pernah puas. Selalu ingin ubah penampilan terus. Capek kan ? Terimalah dirimu apa adanya, seperti Tuhan menerimamu.
Memang dunia melihat rupa, tapi Tuhan melihat hati. Apa yang kau lakukan setiap hari itu lebih penting dari penampilanmu?
Bukan berarti kau bisa berpenampilan seenaknya, tidak!
Tapi engkau harus menerima apa yang sudah Tuhan berikan padamu. Kulitmu yang hitam (manis), hidungmu yang kurang mancung, rambut keriting, kurang tinggi, dan lain-lainl, deh.

*"Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan"*

(dari berbagai sumber)

Aksi Peduli Buruh PMKRI

Mataram—Buruh adalah kelompok yang disubordinatkan baik oleh pemerintah, segelintir orang kaya dan perusahaan, terkhusus dari segi penghargaan terhadap hak-hak mereka. Menyikapi hari buruh internasional yang jatuh pada 1 Mei 2010, PMKRI Cab. Mataram memandang perlu untuk turut memperingati momen penting ini dengan turun kejalan bersama PMII Cab. Mataram, sebuah sikap keberpihakan pada buruh baik di tingkat lokal, nasional dan TKI luar negeri (buruh migran).

Sdr. Yustinus Ghanggo A, (Ketua Presidium PMKRI Mataram) dipercayakan menjadi koordinitor lapangan pada aksi ini. Tujuan rute aksi adalah kantor DPRD NTB. Suryadi JP., wakil ketua DPRD NTB menyambut baik aksi Aliansi Kebangsaan ini dalam sesi dialogis ini bersama pimpinan Dewan.

Adapun tuntutan aliansi antara lain sbb.: upah buruh di NTB harus sesuai standar UMR, distribusi keuntungan yang adil dan merata oleh pengusaha, penertiban PJTKI, revitalisasi UU 39 tahun 2004 tentang perlindungan (1018 orang TKI meninggal/2009) dan penempatan TKI di luar negeri, hentikan outsourcing/subkontrak dan kontrak, usut tuntas kasus PHK besar-besaran oleh Bank NTB dan Mataram Mall.

Aksi Bersama Sebagai Tanggapan 100 Hari Kinerja SBY

Menyikapi 100 hari kinerja rezim SBY yang jatuh pada 28 Februari 2009, PMKRI Cabang Mataram mengambil sikap berupa konsolidasi, dan diskusi antar OKP-OKP se-kota Mataram yang se-visi. Hasilnya mengerucut pada pembentukan Aliansi Rakyat Penyelamat Indonesia (SMI,IMBI, GM Pro, FKPPMS, PMKRI,KAMMI,GMNI,FMPR,HPMD,IMD,FMKB,AMAPI,PMII,FSLDK,BEM NTB Raya) NTB dan langkah yang diambil aliansi adalah melakukan aksi bersama tepat pada tanggal 28 Februari 2009, rute akhir aksi ini adalah di kantor DPRD Provinsi NTB, Udayana, Mataram. Dalam aksi ini, aliansi mengeluarkan beberapa butir tuntutan yakni penuntasan kasus Century, penolakan Free trade ASEAN-Cina, pendidikan,dan kesehatan gratis serta pencabutan UU BHP, modernisasi alat-alat produksi nelayan dan petani, hentikan eksploitasi alam, reformasi birokrasi dan hentikan praktek diskriminasi suku, agama dalam wujud apapun.

PMKRI Mataram Mewakili NTB

Menyadari derasnya bahaya keterpecahan Negara-bangsa Pancasila yang ber-bhinneka-tunggal-ika ini sekaligus prihatin dengan keterpurukan dan keterpinggiran kawasan timur dan tengah maka berbagai organ termasuk PMKRI, NGO dan tokoh masyarakat bertemu dan membentuk forum bernama Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika.

Dengan bertolak dari niat luhur diatas maka dibuatlah Simposium Indonesia Timur dan Tengah oleh ANBTI yang diselenggarakan di Pineleng-Manado pada tanggal 25-30 Januari 2010. PMKRI Cabang Mataram mendapat kehormatan mewakili kelompok mahasiswa atau Ormas-ormas Mahasiswa NTB bersama tokoh adat, wakil pemerintah, tokoh agama serta tokoh masyarakat NTB terlibat aktif dalam simposium tersebut. Delegasi PMKRI Cab. Mataramdalam kegiatan ini adalah Presidium Gerakan Kemasyarakatan, Antonius Damianus Mahemba.

Resolusi yang dikeluarkan antara lain penegakan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, penertiban dan pengendalian derap-agresi modal yang merusak lingkungan tanah, air, dan udara serta taraf kesehjateraan rakyat, pembatalan produk hukum dan peraturan perundangan yang mencabik ketentraman dan keadilan rakyat, penghetian produk, kebijan program dan kegiatan yang meminggirkan dan menghalangi peningkatan kesehjahteran rakyat, dan soliditas dan kerja kolektif segenap elemen untuk bangsa yang lebih baik. Peserta simposium selain ormas dan LSM adalah Gubernur se-Indonesia Timur-Tengah dan Menteri, akademisi nasional dan beberapa anggota DPD-DPR pusat.

Gerakan Cipayung Plus akan Kawal Kasus Century

Sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Kelompok Cipayung Plus akan secara khusus mengawal Rapat Paripurna DPR RI tentang kasus Century. Elemen masyarakat yang tergabung dalam gerakan ini adalah PMKRI, HMI, GMNI, GMKI, KMHDI, HIMKABUDI dan KAMMI dan belasan elemen masyarakat lainnya.


Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) Stefanus Asat Gusma, Jumat (26/2) di Denpasar mengatakan setiap elemen kebangsaan dan masyarakat perlu mengawal kasus bailout century pasca rekomendasi akhir Pansus Century. Langkah tersebut penting dilakukan, mengingat dinamika yang berkembang dalam rekomendasi akhir dimana ada partai yang tidak berani menyebutkan nama pejabat yang bertanggungjawab pada bailout Century.


Menurut Gusma keragu-raguan beberapa partai di fraksi pansus untuk menyebut nama pejabat berimplikasi pada kegamangan untuk meletaKkan dugaan kesalahan penyalahgunaan wewenang pada pejabat yang bersangkutan. Hal ini dikhawatirkan akan berubah pada paripurna 2 Maret nanti.


"Saya menyayangkan ada partai yang tidak berani menyebutkan nama pejabat, meski pandangan akhir partai-partai tersebut meletakkan dugaan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat negara yang dimaksud. Meski DPR adalah forum politis, kita berharap jangan sampai ada perubahan pandangan fraksi dalam paripurna nanti, sebab sikap fraksi pada paripurna nanti akan menjadi parameter masyarakat untuk menilai ketegasan fraksi terhadap pengungkapan kasus bail out Century," ujar Gusma.


Ada dua hal yang menjadi fokus pengawalan yakni pada saat paripurna 2 Maret nanti dan pasca aripurna. Bila benar ada indikasi penyalahgunaan wewenang maka proses hukumnya tidak terbatas pada dugaan tindak pidana perbankan tetapi lebih dari itu yakni dugaan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat Negara yang dimaksud.


"Ini adalah political corruption, sehingga bisa masuk dalam ranah pidana. Dan kalau ada indikasi, maka KPK harus dikawal sebagai lembaga yang berwenang dan masih diandalkan untuk saat ini," jelas Gusma.

Disadur dari Kompas

PMKRI Mataram Audiensi dengan Uskup Denpasar

Uskup Denpasar Mgr. DR. Silveter San, Pr, berkenan menerima Pengurus PMKRI Cabang Mataram dalam suatu audiensi Agustus lalu (09/08/09). Mereka diterima di Rumah Biara Suster –suster AK, di jalan Beo, Cakranegara, Mataram, ketika Uskup mengadakan kunjungan ke kota itu dalam rangka Tahbisan Imam baru.

Ketua Presidium PMKRI Cabang Mataram, Yustinus Ghanggo Ate, didampingi beberapa pengurus serta dua orang dewan pertimbangan. Turut menyertai mereka Moderator PMKRI Cabang Mataram, Rm. Yohanes Kadek Aryana, Pr.

Yustinus, yang biasa disapa Yanche, selain memperkenalkan pengurus dan para pendamping yang hadir, juga menjelaskan secara garis besar program organisasinya, terutama program pembinaan dan kaderisasi yang menjadi pilihan strategis organisasi, termasuk gerakan kemasyarakatan untuk senantiasa membangun jejaring dengan organisasi lain lintas agama dan proaktif mendorong perubahan sosial.

Namun, untuk mendukung program tersebut mereka membutuhkan sebuah Sekretariat yang lebih representatif. Pengurus organisasi mahasiswa Katolik itu mengharapkan perhatian Bapa Uskup mengenai Sekretariat, karena Sekretariat yang mereka gunakan selama ini hanya menempati sebuah kamar di salah satu rumah milik paroki Mataram yang dulu dijadikan Sekretariat PMKRI. Di sisi lain, pengurus PMKRI juga mengungkapkan terima kasih kepada Gereja yang telah memberikan perhatian dan bantuan selama ini.

Menanggapi hal tersebut, Uskup San, mengatakan bahwa sangat positif dalam PMKRI ada pengkaderan bagi mahasiswa Katholik yang tergabung dalam organisasi ini untuk keterampilan berorganisasi. Namun, di sisi lain Uskup juga mengharapkan supaya PMKRI sebagai organisasi kemsyarakatan mengupayakan kemandirian, selain adanya perhatian dari pihak lain.

“PMKRI usahakan mandiri. Wajar sekali ada perhatian dari pihak lain termasuk Gereja, tetapi jangan sampai ketergantungan,” pinta Uskup. Mengenai Sekretariat, Uskup mengatakan supaya digunakan dulu Sekretariat yang ada, soal rumah yang dulu dipakai untuk Sekretariat, Uskup akan bicarakan dulu dengan Pastor Paroki. “Pastor Paroki lebih tahu persoalan yang sebenarnya, saya juga ingin mendengar dulu dari Pastor Paroki,” kata Uskup.

Disadur dari Majalah AGAPE