Minggu, 16 Mei 2010

Kepemimpinan

Oleh Jakobus Don Bosco Jamso*

Pemimpin dan kepemimpinan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, sesuatu yang sangat diperlukan dalam hidup dan kehidupan kita.Pada saat bangsa Indonesia mengalami krisis multidemensi berkepanjangan dan mengalamiperubahan situasi dan kondisiyang dratis akibat pergeseran kekuasaan, kerinduanan akan datangnya pemimpin dengan kepemimpinanya yang dapat mengubah keadaan menjadi makin mengemuka. Ini sebuah pengharapan yang wajar dan manusiawi bagi semua bangsa dan umat manusia.

Krisis multidemensi yang meliputi krisis ekonomi, politik, budaya, hukum dan keamanan pada hakikatnya bersumber dari krisis moral, terutama pada mereka yang diberi kepercayaan oleh rakyat bangsa dan Negara untuk menjadi pemimpin. Krisis-krisis tersebut ternyata mengakibatkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpinnya karena keadan tidak bertambah baik bahkan cenderung memburuk.Krisis kepercayaan tersebut terjadi karena bangsa Indonesia mengalami krisis kepemimpinan pada hampir semua lapisan.

Krisis kepemimpinan yang terjadi ketika kita memasuki era reformasi, yang semula menimbulkan harapan-harapan baru akan datangnya perubahan kearah kehidupan masyarakat yang lebih baik, telah memporakporandakan harapan-harapan masyarakat tersebut dan memungkinkan dapat menggagalkan bangsa Indonesia dalam melewati masa transisi demokrasi dengan baik. Krisis kepemimpinan merupakan bagian paling rawan dan menentukan apakah bangsa dan negara ini dapat mengatasi

Ini dapat mengatasi krisis multidimensi yang telah berlangsung selama sepuluh tahun lebih dan mugkin akan berkepanjangan.
Pada dasarnya ada beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam kepemimpinan dan pemimpin yaitu antara lain, Pertama,krisis kepemimpinan yang sedang dialami umat manusia, termasuk bangsa Indonesia, karena sirnanya roh kepemimpinan sejati dari sebagaian pemimpin. Yang tersisa hanya posisi formal pemimpin. Pemimpin tanpa roh kepemimpinan hanya tinggal menunggu waktu kejatuhannya, karena posisi pemimpin tanpa roh kepemimpinan seperti halnya tubuh tanpa jiwa dan semangat.

Kedua, sebagaian besar calon pemimpin cenderung hanya melihat kepemimpinan dari segi kedudukan dan kekuasaan yang dapat diraih dan hal-hal yang bersifat kebendaan, tetapi tidak banyak yang melihat dari segi tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh seorang pemimpin. Krisis kepemimpinan terjadi karena para pemi9mpin terlalu mengejar kekuasaan dan hal-hal bersifat duniawi, tetapi mereka lupa bahwa menjadi pemimpin merupakan menjalankan amanat Tuhan untuk menyelamatkan orang-orang yang dipimpinnya.

Ketiga,perkembangan politik dengan praktiknya yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan telah menumbuhkan praktik politik uang (money politics) dan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dengan menyalagunakan kekuasaqan pemimpin. Akibat orang cenderung memilih dan menghasilkan pemimpin-pemimpin semu. Pemimpin semu ibarat pencuri dan perampok yang masuk ke kandanhg domba dengan menaiki dinding untuk membinasakan domba-domba sedangkan pemimpin sejati masuk melalui pintu kandang untuk menggembalakan domba-domba menju padang rumput penggembala.

Keempat, reformasi yang dikumandangkan dibumi Indonesia pasca orde baru terancam gagal dan kemungkinan kita tidak dapat melewati transisi demokrasi dengan baik. Salah satu langkah strategis untuk menyelamatkan reformasi dengan reformasi kepemimpinan. Para pemimpin harus kembali kepada jati diri kepemimpinan yang melayani dan kembali kepada roh kepemimpinan sejati yang selama ini sudah diabaikan. Pemilu dengan pemilihan legislatif dan presiden secara langsung sebagai peluang untuk menumbuhkan demokrasi hanya sebuah sarana untuk mencapai tujuan. Kita juga diingatkan akan pandangan tentang followership yang ternyata memberi kontribusi besar dalam mencapai keberhasilan organisasi selain leadership yang memiliki visi dan misi yang menyelamatkan dan kemampuan melaksanakannya.

Menjadi seorang pemimpin adalah sebuah tanggung jawab yang berat sekaligus tanggung jawab yang mulia, kedua hal ini dapat di jalanni dengan baik bagi seorang pemimpin apabila ia dapat mengutamakan tugas pelayanannya.Sehingga di harapkan bagi generasi muda untuk bisa menjadi pemimpin yang lebih mengutamakan tugas pelayanan demi terwujudnya rasa kebahagian, kedamaian dan kemakmuran bagi keluarga,masyarakat, banga dan negara.

Jakobus Don Bosco Jamso
*Presidium Pengembangan Intern. Organisasi DPC PMKRI Cab. Mataram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar